Pages

Jumat, 20 Juni 2014

BIOINFORMATIKA



Pengertian:
Bioinformatika (bahasa Inggris: bioinformatics) adalah (ilmu yang mempelajari) penerapan teknik komputasional untuk mengelola dan menganalisis informasi biologis. Bidang ini mencakup penerapan metode-metode matematika, statistika, dan informatika untuk memecahkan masalah-masalah biologis, terutama dengan menggunakan sekuens DNA dan asam amino serta informasi yang berkaitan dengannya. Contoh topik utama bidang ini meliputi basis data untuk mengelola informasi biologis, penyejajaran sekuens (sequence alignment), prediksi struktur untuk meramalkan bentuk struktur protein maupun struktur sekunder RNA, analisis filogenetik, dan analisis ekspresi gen.

Sejarah:
Istilah bioinformatics mulai dikemukakan pada pertengahan era 1980-an untuk mengacu pada penerapan komputer dalam biologi. Namun demikian, penerapan bidang-bidang dalam bioinformatika (seperti pembuatan basis data dan pengembangan algoritma untuk analisis sekuens biologis) sudah dilakukan sejak tahun 1960-an.
Kemajuan teknik biologi molekular dalam mengungkap sekuens biologis dari protein (sejak awal 1950-an) dan asam nukleat (sejak 1960-an) mengawali perkembangan basis data dan teknik analisis sekuens biologis. Basis data sekuens protein mulai dikembangkan pada tahun 1960-an di Amerika Serikat, sementara basis data sekuens DNA dikembangkan pada akhir 1970-an di Amerika Serikat dan Jerman (pada European Molecular Biology Laboratory, Laboratorium Biologi Molekular Eropa). Penemuan teknik sekuensing DNA yang lebih cepat pada pertengahan 1970-an menjadi landasan terjadinya ledakan jumlah sekuens DNA yang berhasil diungkapkan pada 1980-an dan 1990-an, menjadi salah satu pembuka jalan bagi proyek-proyek pengungkapan genom, meningkatkan kebutuhan akan pengelolaan dan analisis sekuens, dan pada akhirnya menyebabkan lahirnya bioinformatika.
Perkembangan Internet juga mendukung berkembangnya bioinformatika. Basis data bioinformatika yang terhubung melalui Internet memudahkan ilmuwan mengumpulkan hasil sekuensing ke dalam basis data tersebut maupun memperoleh sekuens biologis sebagai bahan analisis. Selain itu, penyebaran program-program aplikasi bioinformatika melalui Internet memudahkan ilmuwan mengakses program-program tersebut dan kemudian memudahkan pengembangannya.

Bidang-bidang yang terkait dengan BioInformatika:
1. Genomics
Adalah bidang ilmu yang ada sebelum selesainya sekuen genom, kecuali dalam bentuk yang paling kasar. Genomics adalah setiap usaha untuk menganalisa atau membandingkan seluruh komplemen genetik dari satu spesies atau lebih.
2. Informatika Medis
Sebagai pembelajaran, penemuan, dan implementasi dari struktur dan algoritma untuk meningkatkan komunikasi, pengertian, dan manajemen informasi medis
3.Komputasional Biologi
Bidang ini fokus pada Computational Biology adalah gerak evolusi, populasi, dan biologi teoritis daripada biomedis dalam molekul dan sel.
4. Proteomics
Bidang ini menggunakan bioinformatika untuk menyelidiki protein yang tersusun oleh genomika
5.Biofisika
Merupakan sebuah bidang berdasarkan teknik-teknik dari ilmu fisika untuk memahami struktur dan ilmu biologi. Ilmu ini terkait dengan bioinformatika karena untuk mengenal teknik-teknik dari ilmu fisika untuk memahami struktur tersebut membutuhkan penggunaan TI.
Bioinformatika Pada Buah Kakao
Kakao adalah komoditas yang secara sosial maupun ekonomi penting bagi Indonesia. Namun, usaha peningkatan produksi kakao di Indonesia terkendala antara lain oleh adanya serangan hamapenggerek buah kakao PBK (Conopomorpha cramerella). Untuk menanggulangi serangan PBK tersebut perlu adanya satu cara pengendalian yang efektif dan efisien, sehingga dapat mendorong usaha pengembangan bahan tanaman yang tahan PBK. Karena sampai saat ini belum ada cara yang efisien untuk mengendalikan hama PBK. Pemakaian pestisida diyakini kurang efektif karena hama target dapat bersembunyi di dalam buah yang tidak terjangkau oleh penyemprotan. Pemakaian agensia  biologis sering   kurang konsisten hasilnya. Penerapan pangkas eradikasi  kurang disukai oleh para pekebun karena  mengurangi pendapatan pekebun kecil.Sementara    itu,carasarungisasi tergolong  padat  tenaga  kerja  yang  kurang sesuai  untuk  perkebunan   besar.  Serta masih banyak cara-cara yang masih belum memberikan hasil yang nyata dan efektif terhadap hama PBK. Sulitnya pengendalian   hama   yang   penyebarannya cepat   ini, mendorong   usaha   penemuan tanaman kakao tahan PBK (Sofyan, 2012).
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menguji kembali ketahanan klon-klon harapan tersebut.  Efikasi   bibit klonal dari klon-klon   harapan   tahan   terhadap   hamatersebut dengan cara penanaman kembali di daerah serangan   PBK hingga tanaman perbanyakan berbuah. Setelah  itu dilakukan evaluasi   tingkat   serangan PBK terhadap buah  kakao.  Cara  ini   dapat  memberikan indikasi langsung mengenaiketahanan tanaman terhadap hara tersebut. Namun demikian, hal ini memerlukan waktu  yang relatif   lama   karena   memerlukan   proses perbanyakan  tanaman    dan  waktu  hingga tanaman  dapat  berbuah.   Selain  itu  juga memerlukan  lahan   yang   luas.  Cara  yang lebih    efisien    dapat ditempuh dengan menggunakan  penanda molekuler. Penanda yang  demikian  dapat  dikembang-kan  atas dasar  sekuen  gen  yang  menentukan   gen ketahanan  hama  semacam  ini,  seperti  gen inhibitor proteinase(Park    & Thornburg, 1996).
Beberapa peneliti telah menemukan cara yang lebih efisien penanggulangan serangan terhadap buah kakao yang ditempuh menggunakan penanda molekuler. Penanda yang demikian dapat dikembangkan atas dasar sekuen gen yang menentukan gen ketahanan hama semacam ini., seperti gen inhibitor proteinase (PIN). PIN diketahui memiliki peranan yang penting dalam sistem pertahanan tanaman terhadap predator dan pathogen. Protein yang temakan oleh hama target akan berinteraksi dengan protease dalam usus hama target sehingga akan terikat dan terkunci pada situs aktif protease. Dengan demikian karena asam amino yang mudah diserap tidak dapat dihasilkan oleh proteasenya, hama menjadi kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan dan perkembanganya terhambat (Mollah, 2004).
Karakterisasi Sekuen Gen Inhibitor Proteinase Pada Buah Kakao
    Bioinformatika sebenarnya merupakan ranah ilmu yang tergolong baru dan belum banyakberkembang di Indonesia.Bioinformatika merupakan gabungan antara ilmu biologi dengan informatika, dimana hasil penelitian biologi dibentuk menjadi data digital dan kemudian diolah untuk menghasilkansuatu informasi baru.Bioinformatika membantu kehidupan manusia dalam berbagai hal, contohnya saja dalam peningkatan produksi pangan atau pertanian.Revolusi pertanian dapat mengubah paradigma pertanian konvensional dengan menghasilkan spesies tanaman pangan unggul hasil rekayasa genetika.Teknologi rekayasa genetika merupakan salah satu bidang yang sangat membutuhkan riset bioinformatika (Claveri, 2003).
    Kakao merupakan komoditas yang secara sosial maupun ekonomi penting bagi Indonesia. Namun perkebunan kakao mengalami permasalahan yang cukup serius akibat hama penggerek buah kakao (PBK). Hingga saat inipun belum ditemukan cara yang efektif untuk memberantas PBK. PIN (inhibitor proteinase) merupakan gen yang membawa sifat ketahanan tanaman terhadap hama ulat seperti PBK. Harapannya PIN dalam buah kakao akan diidentifikasi dan diklonkan. Deteksi PIN di dalam kakao dikerjakan dengan PCR.Vektor kloning pGEM-T digunakan untuk mengklon produk PCR.Analisis sekuen dilakukan dengan program BLAST dari situs NCBI.

Gambar 1

Sedangkan analisis penjajaran (alignment) untuk menentukan kemiripangenetik menggunakan program CLUSTALW dari situs EBI.

                                                                          Gambar 2

Terlihat bahwa riset bioinformatika ternyata juga memegang peranan penting dalam permasalahan pangan dan bionformatika sangat membantu dalam peranan science.Deteksi PIN didalam kakao dikerjakan dengan PCR menggunakan primer heterologous yang spesifik terhadap PIN dan DNA genomik kakao sebagai templatenya. Kloning DNA fragmen produk PCR spesifik dilakukan menggunakan  pGEM-T  dan sel inang E. coli. Elektro- foresis dari hasil PCR beberapa klon kakao ditampilkan pada Gambar 1.



Amplifikasi    DNA    genomic kakao menggunakan PCR dengan primer  spesifikPIN menghasilkan pita-pita   DNA   yang intensitasnya bervariasi.  Secara umum PCR DNA  namunintensitasnya  relatif  sangat lemah.). Bervariasinya intensitas  pita  DNA   ini  mungkin  karena tingkat  kemurnian  DNA  yang  tidak  sama, jumlah copy gen, atau afinitas primer dengan templet   berbeda-beda.  Untuk  memastikan lebih lanjut mana yang benar perlu dilaku- kan  pengujian.  Hasil  ini  mengindikasikan bahwa  gen target  penyandi protein 21kDa yang  diekspresikan pada biji kakao dapat dijadikan  dasar dalam perancangan  primer heterologous spesifik PIN  (Santoso, 2001). Selain itu primer  tersebut dapat digunakan untuk  mendeteksi PIN kakao harapan tahan asal Sulawesi Selatan yang diuji.klon-klon harapan tahan PBK,  memberikan pita DNA yang relatif kuat  sedangkan PCR klon-klon  kontrol yang  peka  tidak  mem- berikan  pita  DNA  atau  menghasilkan  pita.
Beberapa tanaman  kakaosampel menghasilkan  amplikon  dari  analisis PCR dengan  menggunakan  primer  heterologous spesifik PIN. Elektroforesis pada gel agarosa hasil  PCR tersebut  terlihat  seperti  pada  Gambar 2, menunjukkan bahwa  sebagian besar menghasilkan   amplikon   sesuai   denganyang diperkirakan. 







Analisis homologi dari sekuen DNA spesifik yang diperoleh, dilakukan dengan pendekatan teknik bioinformatika melalui program BLAST yang dapat diakses pada situs NCBI yaitu hhttp://www.ncbi.nlm.nih.ov/BLAST/. Berikut ini merupakan hasil analisis sekuen DNA menggunakan program Blast :



Gambar 3 menunjukkan bahwa  sekuen asam amino klon kakaodenganTheobroma yang lain dan spesies  tanamanlainnya yang ada pada data base  memiliki distribusi perbandingan sangat  tinggi. HasilBlastX memperlihatkankecenderungantingkat  homologi  yang  relatif  tinggi  yang berkisar  pada  daerah  sekuen  >200  bp.Secara teoritis kisaran skor > 50 bits denganE-value > e-04 pada analisis blast menunjuk- kan tingkat kemiripan yang  tinggi (Claveri etal., 2003; Santoso 2001).
    Selanjutnya  untuk  mengetahui  tingkat kekerabatan antara klon kakao uji (MJ-1 dan LW-1)   dengan   kakao   lain   dan   spesies tanaman  lain  yang  ada   pada  data  base, dilakukan  analisis  ClustalW  dalam  bentuk dendogram.    Analisis    kekerabatan    (filo- genetik)   untuk  asam  nukleat  dan  protein blast  tentang tingkat kemiripan dari MJ-1, LW-1    yang    sama-sama    tahan    sebagai tanaman uji dan beberapa spesies kakao lain dan spesies tanaman lain yang ada pada data base relatif tinggi. Hal ini  memperlihatkan bahwa tingkat kemiripan  gen antar spesies yang   dianalisis    menggambarkan   tingkat kekerabatan,  ada  yang  sangat  dekat,  agak dekat,    dan   ada   pula   yang   jauh   tidak berdekatan   kekerabatan.   Klon  MJ-1   dan LW-1 masih dalam satu  kekerabatan yang sangat  dekat  dibandingkan  dengan  spesies dari  di  base.  Data  ini  memberikan  suatu asumsi  bahwa  gen  TcPIN  yang  ada  pada MJ-1  masih  kerabat  dengan   TcPIN   pada LW-1, demikian pula dengan  PIN dari data base yang lebih dekat dibandingkan dengan spesies-spesies    tanaman lainCpPIN, AtPIN,  IbPIN,  StPIN,  CrPIN  dan  GmPIN Selanjutnya untuk melihat  kemiripan antara sekuen TcPIN dari klon harapan tahan PBK. LW-1  dan  MJ-1  dilakukan  analisis  Blast Spesial terhadap sekuen TcPIN  dari kedua klon  tersebut.  Hasil  analisis  menunjukkan bahwa gen PIN yang terkandung pada kedua klon  tersebut   memiliki  tingkat  kemiripan sangat  tinggi yakni mencapai sekitar 96%. Dengan Score bits 671, E value  mencapai sempurna 0,0.
    Pada Gambar 5 terlihat bahwa sekuennukleotida  dari  gen  TcPIN  LW-1  dengan TcPIN MJ-1 yang  masing-masing  merupa- kan klon  harapan tahan PBK teridentifikasi mengandung    gen penyandi    proteinase inhibitor  yang  memiliki  tingkat  kemiripan yang sangat tinggi. Hasil analisis di tingkat DNA ini dan  sebelumnya mengindikasikan bahwa proteinase inhibitor terkait dengan ketahanan kakao terhadap PBK.
Analisis penjajaran(alignment) untuk menentukan kemiripan genetik menggunakan program ClustalW dari situs EBI yaitu htp://www.ebi.ac.uk/egi-bin/CLUSTALW/. Dan hasilnya adalah :





 Pada kesimpulannya, 13 dari 18 klon kakao yang diuji, menunjukkan adanya homolog PIN.Dua DNA fragmen dari klon harapan tahan, MJ-1, dan LW-1 telah ditentukan sekuen nukleotidanya.Satu diantaranya, MJ-1 berhasil diklon.Analisis sekuen kedua klon tersebut menunjukkan identitas sebagai homolog PIN dan keduanya memiliki kemiripan genetik yang tinggi.
Terlihat bahwa riset bioinformatika ternyata juga memegang peranan penting dalam permasalahan pangan.Indonesia yang saat ini banyak tertinggal riset dasar dan terapannya harus berbenah diri dengan meningkatkan jumlah dan kompetensi riset demi mengejar ketertinggalan di berbagai sektor dari negara maju, bahkan negara berkembang seperti China dan India.


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Nama Kelompok:

1. Faisal Muslim (59410127)
2. Helmi (53410196)
3. Muhammad Fahri (54410679)
4. Subhan Rubiansyah (56410702)
5. Syarief Yusuf Ibrahim (5610783)
6. Valda Iriando Paiki (58410344)

Link Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Bioinformatika
http://riskawuni.blogspot.com/2013/04/bioinformatika-dan-beberapa-bidangnya.html
http://seluruhilmu999.blogspot.com/2013/11/contoh-makalah-bioinformatika-terhadap.html

0 komentar:

Posting Komentar